KUMPULAN PUISI MENYENTUH HATI
"Kekataku melambat
Kau datang dalam sekejap
Aku ingin berkata tobat
Tapi merinduimu terlalu hebat"
//. Dalam Do’a Rindu
Malam ini purnama lambat meninggi
Mungkin ia merasa rimpuh melihatmu
Malam ini angin terasa lebih dingin
Mungkin saat berhembus melewatimu
Ia menjelampah tanpa arah di bibirmu
Malam ini aku merinduimu
Dalam sepinya kata
Dalam ucap lirih segala do’a
Membikin riuh, menambah utuh
Namamu
Aksara yang lazim kutata
Melewati denting purnama
Di hadapan yang Ta’ala
//. Wajahmu
Aku
tak pernah sanggup menatapmu
Berusaha
memaklumi kecantikanmu
Senyummu
renyah dan afsun
Menyerap
akara sampai ke ubun
Hatiku
tertimbun belukar rasa
Nyenyat
dalam kata
Gemuruh
di setiap do'a
Aku
bertanya,
Apakah
mudah menjadi dirimu?
Menjadi
tempat pulangnya rindu
Saat
matahari tersingkir, langit menghitam
Apakah
betah menjadi kamu?
Saat
puisi nyerbu pada setiap selindungbianglala di matamu
Saat
senja-senja berarak ke tepi alismu
Maka,
wajahmu adalah gelabah baswara
Membuat
rinduku tak pernah biasa saja
//.
Rindu itu Kamu
Rindu itu senjata tanpa peluru
Kosong, sepi tanpa bunyi
Tembakkan saja keseluruh penjuru
Kau hanya akan menemui pilu, sendu
Rindu itu kamu
Dingin, hilang dibawa lari hujan
Lalu kemarau kekal selamanya
Rindu
itu temu
Memangkas
jarak, merebahkan peluk
Jika
tidak dengan raga, dengan do’a
Rindu
itu kamu
//.
Rindunya aku bawa pergi
Waktu
tak pernah menyuratiku untuk berhenti
Ia
terus mendesakku melewati hari-hari
Tapi
mungkin waktu tidak cukup baik dalam mengerti
Tentang
temu yang masih menggema di hati
Maaf,
rindunya aku bawa pergi
Nanti
aku kembalikan lagi
//.
Rindu buru-buru
Banyak rindu yang tak terucap
Banyak kagum yang tak terungkap
Banyak temu yang tak didapat
Banyak kehilangan tersaji
lengkap
Ini sebenarnya jatuh cinta, atau
jatuh terluka?
Mengapa merindu tanpa balas
tetap nyaman?
Mengapa cinta tetap tumbuh meski
didikte angan?
Mengapa menunggu tak pernah
lelah meski kau tak jua datang?
Senja sudah tenggelam
Malam berlalu tanpa ucapan
selamat malam
Pagi mulai datang pelan
Mentari tersingkir tanpa salam
Rinduku buru-buru
Cintamu ragu-ragu
//. Aku Ingin Senyummu
Aku ingin meminjam senyummu
Untuk sementara waktu
Untuk menuntaskan hati yang
dibungkam ragu
Untuk menguatkan dada yang
ditikam rindu
//. Degup Rindu
Rindui aku semampumu
Doakan aku seseringmu
Aku bukan bintang yang hanya ada
di kala malam
Bukan pula mentari yang
menemanimu di siang hari
Aku adalah sajak penyusun sabda
rindu
Setiap saat mengalir dalam degub
jantung dan nafasmu